Sebagian besar pembaca tentu sudah paham apa dan bagaimana itu sebuah ikon dan Simbol. Olehnya itu saya yang masih hijau ini mohon ijin untuk sedikit berbagi dengan teman-teman yang mungkin juga sudah paham tapi belum bisa membahasakan apa dan bagaimana sih sebenarnya ikon dan Simbol itu. (he..he..he...jadi seperti Guru Bahasa Indonesia ya...)
Jadi ikon itu bisa diartikan sebagai gambar atau tanda dari sesuatu yang menunjukkan atau mewakili sesuatu...(syahrini bangeeeet yaaa... hahaha)...
Versi lengkapnya, Ikon adalah tanda yang mirip dengan objek
yang diwakilinya. Dapat pula dikatakan, tanda yang memiliki ciri-ciri sama
dengan apa yang dimaksudkan. Misalnya, pass photo anda
merupakan ikon anda sendiri, lalu gambar matahari pada suatu poster. Ikon merupakan perwakilan dari ciri-ciri fisik (2 atau 3
dimensional) dimana bentuk tersebut menyerupai dengan apa yang
direpresentasikannya. Ikon tidak memerlukan kesepakatan dalam memaknainya, ikon
bukan hanya berupa gambar yang disederhanakan namun setiap gambar yang mewakili
obyek yang direpresentaikan.
Lalu akan muncul pertanyaan, apa yang membedakan antara Ikon dengan Simbol..??
Maka jawabannya adalah bede bangeeet.....
Simbol merupakan tanda berdasarkan perjanjian yang disepakati bersama. Simbol berada pada ranah konotatif, sedangkan ikon merupakan ranah denotatif. Makna yang muncul dalam simbol memerlukan kesepakatan bersama, sedangkan ikon tidak.Misalnya, simbol bintang pada bahu dan topi seorang Jendral, semakin banyak bintang, semakin tinggi pula pangkat nya
Dan... kenapa saya harus membahas makna kata ikon dan simbol di awal tulisan ini..?? BERTANYALAH PADA RUMPUT YANG BERGOYANG kata Om Ebiet... hihihii.....
Bagi kalian yang pada alamat KTP nya tertulis Kabupaten Bulukumba terutama yang berdomisili di Kota Bulukumba dan sekitarnya mungkin sudah melihat adanya aktifitas pembongkaran Taman Bundaran Phinisi yang selama ini menjadi Ikon Kota Bulukumba.
Apakah Anda setuju ini dibongkar??
Kalau ditanya pendapat saya pribadi sih jawabnya pasti oke-oke saja...asalkan................................ (kok pake asalkan...????????????)
Nah ini dia yang menjadi inti tulisan ini...
Kita tentu mau (dan harus) tahu apa dan bagaimana konsep perencanaan bangunan penggantinya nanti, apapun itu bentuknya. Karena dari konsep itulah kemudian akan tergambar dengan jelas apa sebenarnya gambaran keinginan dari pemesan konsep. Apakah bangunan pengganti Taman Bundaran Phinisi ini akan dijadikan Ikon Bulukumba atau hanya sekedar bangunan biasa untuk mengisi kekosongan lahan saja.
Nah... terlepas dari opsi bangunan biasa untuk mengisi kekosongan lahan (yang saya pikir presentasinya cuma 0,00001 %), sebagian besar pembaca mungkin sepakat jika di tempat ini harus terbangun sesuatu yang ikonik dan simbolik sebagai salah satu Point of View nya Kota Bulukumba.
Pembangunan sesuatu yang akan difungsikan sebagai ikon/simbol sebuah kota entah itu bentuknya tugu yang tinggi seperti monas misalnya, atau patung/sejenisnya yang dikelilingi kolam dengan air mancur, dan bahkan terkadang dalam bentuk bangunan bersejarah dan monumental, tentu harus melewati kajian dalam bentuk konsep perencanaan yang yahuud dan tidak asal-asalan. Saya dan kita semua pasti tahu bahwa konsep asal-asalan, baik itu konsep asal bapak senang, konsep asal jadi, konsep asal ada anggaran yang turun dan beragam bentuk asal yang lain, pasti ujung-ujungnya akan melahirkan cibiran dan cemoohan yang berkepanjangan.
Sebuah bangunan yang didesain dengan tujuan untuk menjadikannya sebuah Point of View pada sebuah kawasan setidaknya harus memiliki sesuatu yang ikonik dan simbol-simbol yang terwujud dalam bentuk yang abstrak dan filosofis. Banyak orang melihat hasil karya desain Arsitektur berupa wujud /
wadah yang kasat mata, berupa sebuah bangunan yang menjulang megah di
atas sebidang tanah, seolah-olah merupakan bangunan yang mati tanpa
nilai atau makna yang berarti. Prinsip para pengguna bangunan dari karya
desain arsitektur ini adalah bagaimana mereka dapat menggunakan dan
memfungsikan bangunan ini dengan nyaman, luncar dan aman, lengkap dengan
fasilitas pelayanan yang diinginkan saat melakukan aktifitasnya di
dalam bangunan tersebut. Begitu juga orang lain yang bukan pengguna
bangunan ini dapat menikmati indahnya bangunan karena tampilan estetika
yang unik dan menarik. Namun kalau kita mau mengkaji lebih dalam lagi
bahwa sebuah karya desain arsitektur disamping tuntutan tersebut di atas
tentunya diperlukan juga suatu nilai-nilai yang tidak dapat diujudkan
dalam bentuk wadah (bangunan) yaitu suatu nilai filosofi yang mendasari
terciptanya bangunan tersebut. Filosofi Bangunan (demikian istilahnya dalam Ilmu Arsitektur) akan memberikan sentuhan tersendiri sehingga suatu karya arsitektur bukan hanya sekedar sebuah bangunan
mati yang megah menjulang di atas tanah saja. Namun sebuah karya desain
arsitektur yang mempunyai nilai dan makna filosofi yang tinggi yang
seolah-olah mempunyai "roh" yang hidup.
Bulukumba sangat amat kaya dengan beragam keunikan baik itu budaya, alam, dan bahkan sumber daya manusianya. Olehnya itu Kota Bulukumba wajib untuk mampu menjadi miniatur yang bisa mewadahi semua kelebihan itu karena kota kita ini akan menjadi teropong utama untuk melihat dan mengetahui segala apa yang terkandung di dalam Kabupaten Bulukumba secara menyeluruh.
So... diakhir tulisan ini saya berharap semoga apa pun yang nantinya berdiri sebagai pengganti Taman Bundaran Phinisi tidak membuat para Arsitek hebat Putra dan Putri Bulukumba terpaksa harus memalingkan wajahnya.
Share
Tidak ada komentar:
Posting Komentar